(source : tribunnews.com)
Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie, beliau adalah seorang ilmuwan dan negarawan terbaik yang terlahir dari Indonesia, sebagai seorang yang bergelut dengan ilmu pengetahuan beliau terkenal tekun dan religius. Dan yang patut dijadikan teladan adalah beliau seorang yang setia terhadap keluarganya. Dalam kisah perjalanan hidupnya beliau menikah sekali dan berhasil mendidik anak-anaknya menjadi seorang ilmuwan yang mewarisi kecerdasannya.
Baru baru ini Habibie masuk ke dalam kategori 10 besar tokoh dunia dengan intelligence quotient (IQ) 200. Sebagai perbandingan, penemu teori relativitas gravitasi Albert Einstein, yang disebut sebagai ilmuan terhebat sepanjang masa, hanya mempunyai IQ 160. Skor IQ Habibie juga masih lebih tinggi daripada sir Isaac Newton (190) dan Galileo Galilei (165). IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang.
IQ dijadikan patokan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Mantan menteri riset dan teknologi (menristek) di era orde baru ini merupakan lulusan terbaik Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH) German. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya yang memberikan rekomendasi saran dan ide untuk studi di Jerman adalah Presiden Soekarno.
Dalam manivestasi konsep pembangunan yang digagas sang proklamator adalah pentingnya dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka beliau di rekomendasikan ke Jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang. Prestasi putra kebanggaan Sulawesi ini terbukti ketika beliau mampu memecahkan studi kasus di sebuah industri kereta api Firma Talbot Jerman.
Saat itu perusahaan kereta api terbesar di Jerman membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil. Berbekal pengalamannya di perusahaan tersebut maka beliau mengembangkan lebih lanjut penerapan rumus yang di temukan dan dinamai "Faktor Habibie" karena dengan rumus tersebut bisa menghitung keretakan atau crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack".
Berikut ini adalah karya - karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang serta kariernya yang telah mewarnai Indonesia :
- VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN - 235
- N-250
Dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
- Helikopter BO-105.
- Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
- Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian Tanda Jasa/Kehormatan B.J Habibie :
- 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
- 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
- Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
- 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
- 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
- 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
- 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
- 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
- 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
- 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
- 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
- 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
- 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia.
Sebagai Ilmuwan dan Negarawan beliau layak dijadikan teladan bagi putra - putri Indonesia karena karya dan produktifitasnya yang sangat tinggi, disamping itu kepribadian yang luhur dan mulia menjadikan beliau layak dijadikan tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Republik Indonesia.
Penulis : Persatuan Pelajar Indonesia di German (PPI German)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar